Pengertian Istiqomah?… Kisah Tsalabah & Nabi Ayyub Yang Istiqomah – Sebelum kita mendengarkan cerita Tsalabah yang tidak istiqomah dan nabi Ayyub yang istiqomah dalam beribadah, sebaiknya kita pahami dulu pengertian istiqomah yang sebenarnya.
Pengertian istiqomah
Pengertian Istiqomah: Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A
Istiqomah adlah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.
Pengertian Istiqomah: Umar bin Khattab R.A
Istiqomah adalah hendaknya dan upaya untuk bertahan pada satu perintah atau larangan serta tidak berpaling dari yang lain.
Pengertian Istiqomah: Utsman bin Affan R.A
Istiqomah adalah ikhlas yang datang dari lubuk hati terdalam.
Pengertian Istiqomah: Ali bin Abi Thalib R.A
Istiqomah adalah melaksanakan suatu kewajiban, terutama kewajiban kepada Allah SWT.
Dari pengertian istiqomah diatas, dapat disimpulkan bahwa istiqomah adalah konsisten dan teguh pendirian, atau tidak plin-plan dalam menjalankan kwajiban perintah Allah yang didasari ketulusan hati untuk mengerjakannya.
Untuk memudahkan pemahaman tentang pengertian istiqomah, mari kita simat kisah Tsalabah yang tidak istiqomah menjalankan perintah Allah.
Baca juga :
- Konsisten adalah?.. Pengertian & 7 Cara Menjadi Seseorang Yang Konsisten
- Pengertian Jujur!…Pengertian, Jenis, Contoh dan 4 Manfaat Jujur
- Download kumpulan Gambar Disini
Kisah Tsalabah yang tidak istiqomah
Bernama Tsalabah Bin Khatib Al-Anshori. Beliau hidup sangat miskin, akan tetapi kemiskinannya tidak mengurangi kekuatan ibadahnya.
Sholatnya pun selalu berjamaah, dimana ada Rasul menjadi iman maka disitulah Tsalabah menjadi makmum.
Hanya saja Tsalabah ini sedikit aneh, tiap selesai sholat langsung pulang, tidak wirid, tidak zikir dan tidak do’a.
Jika sahabat-sahabat yang lain setelah sholat membaca “Allahumma Antassalam” maka Tsalabah setelah “Allahumma” lantas jalan dan begitu setiap sholat.
Hingga pada suatu saat beliau ditegur oleh baginda Rasul:
Rasul : Tsalabah
Tsalabah : Labaika ya Rasul
Rasul : Kau ini seperti orang munafik saja, apakah tidak betah kau berada di masjid?… Atau tidak pentingkah do’a dan wirid menurut kau Tsalabah?… Tiap selesai sholat, pulang. Tiap selesai salam, pulang. Kenapa begitu wahai Tsalabah?…
Tsalabah : Maafkan saya ya Rasul
Rasul : Kenapa?…
Tsalabah : Saya bukan menganggap do’a dan wirid tidak penting
Rasul : Lalu?…
Tsalabah : Bukan juga tidak betah di masjid
Rasul : Kemudia, kenapa kau langsung pulang begitu?…
Tsalabah : Saya ini keluarga miskin ya Rasul, kain satu dipakai berdua dengan istri saya. Ketika saya sholat dimasjid sini, istri saya sedang nunggu giliran sholat dari sarung yang sedang saya pakai ini. Jika saya pakai zikir, istri saya tidak kebagian waktu sholat.
Rasul : Lalu bagaimana Tsalabah?…
Tsalabah : Begini sajalah ya Rasul, karena sudah kadung ditanya oleh tuan. Tuankan Rasul?…
Rasul : Ya, kenapa emangnya?…
Tsalabah : Kalau Rasul itukan doanya jarang meleset (makbul).
Rasul : Maksud kamu Tsalabah?…
Tsalabah : Tolonglah do’akan saya kepada Allah agar saya menjadi orang kaya. Kalau saya kaya maka saya punya sarung sendiri, istri punya sarung sendiri. Tenanglah saya beribadah.
Rasul : Tersenyum seraya berkata, Tsalabah…
Tsalabah : Ya.
Rasul : Kaukan orang islam.
Tsalabah : Ya.
Rasul : Bagi orang islam contoh yang paling utama itu siapa?…
Tsalabah : Ya tuan ya Rasul.
Rasul : Kau liat saya kaya?…
Tsalabah : Tidak.
Rasul : Lantas kenapa kau minta kaya?…
Tsalabah : Begitu ya Rasul?…
Rasul : Iya, sudahlah. Pulanglah Tsalabah.
Dan pada keesokan harinya
Rasul : Bagaimana Tsalabah?…
Tsalabah : Sudahlah Rasul, do’akan saja saya agar menjadi orang kaya.
Rasul : Tsalabah…
Tsalabah : Saya ya rasul.
Rasul : Sedikit yang kamu syukuri lebih baik dari pada banyak tapi kamu tak sanggup mengembannya. Sudah, pulang saja Tsalabah.
Tsalabah : Baik ya rasul.
Dan pada hari ketiga kemudian bertemu lagi dengan baginda Nabi, kali ini Tsalabah sudah dengan tekad yang kuat.
Rasul : Bagaimana Tsalabah?…
Tsalabah : Sudah ya Rasul.
Rasul : Sudah bagaimana?…
Tsalabah : Sudah saya pikir.
Rasul : Lalu?…
Tsalabah : Iya sih, syukur sih syukur tapi jika sarung satu dipakai berdua sulit juga syukurnya. Sudahlah do’akan saja saya agar menjadi orang kaya. Kalau saya menjadi orang kaya sedekah, saya akan sholat berjamaah dan setiap orang akan saya berikan haknya. Pokoknya bereslah.
Rasul : (Didesak sedemikian rupa dan akhirnya Rasul mengangkat tangan untuk mendo’akan Tsalabah), Ya Allah berikan rezeki kepada Tsalabah. Dan Tsalabah dihadiahkan seekor kambing betina yang sedang hamil oleh baginda Rasul. Peliharalah kambing ini wahai Tsalabah, semoga membawa berkah.
Dan pulanglah Tsalabah dan dipeliharalah kambing tersebut hingga melahirkan 2 ekor anak kambing sekaligus, dua ekor melahirkan 4 ekor, 4 ekor melahirkan 8 ekor dan seterusnya.
Semakin hari kambingnya semakin banyak berkembang biak, ketika kambing semakin banyak maka Tsalabah semakin sibuk memelihara kambing tersebut hingga lalai menjalankan perintah Allah.
Datang sholatnya mulai terlambat. Tadinya sebelum waktu ia sudah menunggu di masjid tapi sekarang imam sudah qamat ia baru datang.
Lama-kelamaan sholat 5 waktupun tidak kelihatan, hanya sholat jum’at saja yang berjamaah di masjid dan itupun kalau khatib naik mimbar ia baru datang.
Dan terakhir jum’atpun ia tidak kelihatan dan orang-orang bertanya kemana Tsalabah?…
Sibuk keluar kota mengembala kambing.
“Ya Waila Tsalabah”. Sayang sekali, celaka Tsalabah.
Hingga sampai turun kewajiban membayar zakat dan Tsalabah menolak untuk mengeluarkan zakatnya.
Dan pada zaman Usman Bin Affan, Tsalabah mengalami kebinasaan dan bangkrut dengan seluruh usahanya.
Kisah atas diterjemahkan dan diartikan dalam bahasa sehari-hari agar mudah dipahami.
Kisah Tsalabah adalah sebuah gambaran bagaimana seorang Tsalabah yang diuji dengan kemiskinan dan ia lulus.
Tapi saat diuji dengan kekayaan, ia gagal dan berantakan.
Ketika miskin ia hamba Allah tapi setelah kaya ia berubah menjadi hamba harta.
Sikap ini mencerminkan sikap tidak istiqomah, tidak punya pendirian yang tetap dalam menjaga nilai kehambaan dihadapan Allah SWT.
Bahwa hidup ini dipenuhi dengan cobaan dan ujian, Al-Qur’an sudah menjelaskan itu kepada kita.
“Walanabluannakum bisyaimminal khauf, walj’u, wanaksimminal amwal, wal anfus, watssamara”.
Dan pasti Kami akan menguji kamu dari sebagian kecil rasa takut, rasa lapar, kekurangan harta, kekurangan jiwa atau kematian dan kekurangan buah-buahan.
Rasa Takut
Kadang dalam hidup kita sering dihinggapi rasa takut yang tidak beralasan. Sudah kaya, takut jatuh miskin.
Sudah punya kedudukan, takut diambil orang, takut kalau ada mutasi, takut kalau harus turun jabatan.
Sudah hidup takut mesti mati. Takut yang sering tidak beralasan.
Bagaimanapun rasa takut menghinggapi, kita harus dapat memilah dan memilih rasa takut bagaimana yang seharusnya kita takuti.
Jangan sampai kita menakuti rasa takut yang tidak beralasan sehingga membuat kita tidak istiwomah.
Rasa lapar
Secara macro “Khauf” dan “J’u” inikan masalah hankam dan ekonomi, keamanan dan kemakmuran.
Sering kali kita diuji dengan ini, hilangnya rasa aman, ekonomi gunjang-ganjing, ini mahal itu mahal, ini naik itu naik, lapangan kerja sulit, persaingan hidup tajam.
Inilah kenyataan yang harus kita hadapi.
Apakah kita tetap istiqomah atau berpaling dari kebenaran Allah?…
Perteballah keyakinan dalam menghadapi cobaan.
Kekurangan harta
Ujian itu juga berbetuk “Wannaksim minal amwal”, kekurangan harta benda. Kehilangan, rampok, kecurian dan lain sebagainya. Termasuk didalamnya keinginan.
Akankah kita akan memperturutkan keinginan dari pada kebutuhan dan mengorbankan akidah?…
Terutama untuk kaum wanita yang lebih cendrung mengutamakan keinginan tanpa melihat kenyataan.
Berapa banyak suami yang terlilit hutang untuk mengabulkan permintaan istrinya, berapa banyak orang berkendaraan bagus tapi dari hasil pinjaman.
Berpijaklah kepada realita dan terimalah kenyataan bahwa kita orang yang tak punya.
Jangan sampai kekurangan harta membuat kita menghalalkan segala cara hingga pada akhirnya membuat kita tidak istiqomah dalam beribadah.
Kekurangan jiwa
Kekurangan jiwa, kematian juga termasuk cobaan. Akankah kita menjadi orang yang lebih baik dan beriman setelah ditinggal orang yang disayang atau malah menjadi orang yang hancur lebur dan terhanyut dalam kesedihan?…
Akankah kita berubah menjadi baik setelah ditinggal sang panutan atau lepas kendali karena tidak ada lagi yang menasehati?…
Hendaknya kita tetap menjaga keyakinan dan istiqomah menjalankan perintah Allah meskipun hati sedang bersedih.
Kekurangan buah-buahan
Terkadang adakalanya kita di uji dengan kekurangan buah-buahan, adakah kita tetap istiqomah atau malah sebaliknya.
Menghadapi ujian dan cobaan ini Allah memberikan sandaran “Berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar menghadapi ujian dan cobaan tadi”. Siapa orang yang sabar itu?…
Orang yang sabar adalah orang yang apabila mendapat suatu cobaan ia segera sadar, segalanya datang dari Allah dan segalanyapun akan kembali kepada Allah.
Baca juga :
- Nasihat Nabi Khidir dalam Menyikapi Hidup
- Arti & Makna 6 Rukun Iman & 5 Rukun Islam Yang Sesungguhnya
- Inilah 3 Cara Merasakan Manisnya Iman, Cinta dan Kasih Sayang
- Perbaikilah 19 Kesalahan Dalam Sholat Yang Sering Kita Lakukan
Kisah nabi Ayyub AS yang istiqomah
Nabi Ayyub sebelumnya memang seorang nabi yang kaya, binatang ternaknya banyak, sawahnya luas dan rumahnyapun bagus.
Iblis tidak senang jika ada orang yang hidupnya senang dan baik-baik saja, iblis melapor kepada Allah
Iblis : Tuhan, hamba-Mu yang bernama Ayyub itu mau ibadah karena ia kaya, coba saja ia miskin maka ia tidak akan rajin ibada lagi.
Allah : Iblis, Aku tau bahwa Ayyub itu hamba-Ku yang ikhlas.
Iblis : Saya buktikan Tuhan?…
Allah : Silahkan.
Dan akhirnya turunlah iblis ke alam ini untuk menggoda nabi Ayyub AS.
Pada awalnya iblis binasakan binatang ternak nabi Ayyub AS, lalu dirusak sawah dan ladangnya. Sehingga dalam waktu yang singkat, nabi Ayyub AS jatuh dari orang yang paling kaya menjadi orang yang paling miskin.
Dan itu tidak mudah.
Sesudah itu, iblis datang menemui nabi Ayyub AS yang sedang beribadah di mihrab dalam masjid.
Iblis : Ayyub?…
Ayyub AS : Ya.
Iblis : Sedang apa?…
Ayyub AS : Ibadah.
Iblis : Menyembah Tuhan?…
Ayyub AS : Ya, menyembah Tuhan.
Iblis : Taukah kau Ayyub?…
Ayyub AS : Kenapa?…
Iblis : Tuhan yang sedang kau sembah sekarang ini, Dia sudah membuat miskin kau Ayyub. Sawah dan ladangmu binasa, binatang ternakmu mati semua dan sekarang kau menjadi orang yang paling miskin Ayyub. Buat apa kau menyembah tuhan yang sudah menyusahkanmu?…
Ayyub AS : Benar?…
Iblis : Benar…
Ayyub AS : Binatang ternak saya binasa?…
Iblis : Binasa…
Ayyub AS : Sawah dan ladang saya hancur?…
Iblis : Hancur…
Ayyub AS : Dan sekarang saya menjadi orang yang miskin?…
Iblis : Miskin…
Ayyub AS : Alhamdulillahilladji ‘athani wa akhsaminni “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan harta kepada saya dan sekarang mengambilnya lagi?.
Coba kita perhatikan nabi Ayyub AS, ketika sawah dan ladangnya hancur, seluruh binatang ternaknya mati bukan mengucap Innalilahi tapi malah Alhamdulillahilladji ‘athani wa akhsaminni.
Allah yang memberi dan Allah juga yang mengambil.
Inilah yang disebut dengan sikap istiqomah, ibadah yang kita lakukan tidak bergantung pada cuaca.
Sebagaimana Tsalabah Bin Khatib Al-Anshori tadi, ketika diuji dengan miskinan ia lulus tapi setelah diuji dengan kekayaan, ia gagal tidak karu-karuan.
Maka dari itu penting bagi kita menjaga sikap istiqomah, konsisten beribadah dalam segala situasi, baik disaat senang maupun susah.
Semoga artikel yang berjudul “Pengertian Istiqomah?… Kisah Tsalabah & Nabi Ayyub Yang Istiqomah” ini dapat menambah wawasan kita tentang pengertian istiqomah yang sesungguhnya.
Dan kisah tentang istiqomah dari Tsalabah dan nabi Ayyub menjadi motivasi bagi kita agar dapat beristiqomah dalam beribadah kepada Allah.
Harap bagikan artikel ini kepada yang lain. Terima kasih dan salam pelajar.
Baca juga :